Setelah 25 tahun hidup di dunia ini, akhirnya saya ngerasain yang namanya dirawat sampe diinfus segala bahkan dipasangin selang oksigen XD. And it all happened when I’m pregnant. Maasyaa Allah luar biasa rasanya hihihi. Dari dulu saya ini bencik (pake ‘k’ biar lebih greget :p) banget sama yang namanya jarum suntik. Baik itu diimunisasi, dibius (waktu operasi gigi pernah disuntik bius), atau ambil darah pokoknya semuanya sakit 😥 . Kalo dulu waktu masih kecil saya hobi banget nangis tiap ada adegan suntik menyuntik ini, tapi kan kalo sekarang malu mau nangis juga hahaha. Cara menghindari ketakutan saya ini adalah dengan tidak melihat si jarum, jadi saya mengalihkan pandangan saya kea rah lain. Tadinya saya berpikir kalo saya ngelakuin itu mungkin jadi ga sakit pas jarum dimasukkan, tapi ternyataaaaa jeng jeng jeng tetep aja sakit ya bok hahaha. Saking sakitnya saya sampe tegang nahan rasa sakit gitu dan susternya bilang jangan tegang. Haduuuh susah banget buat ga tegang sus x).

Berhubung badan saya ini kecil bin mungil jadilah menyulitkan susternya untuk memasukan jarum kedalam pembuluh darah saya yang pastinya kecil juga hihihi. Nah setelah dengan susah payah akhirnya itu jarum masuk juga, fyuuuuh. Eh tapi gara-gara saya tegang ternyata pas cairan infus dimasukin dia jadi ga mau masuk gitu dan susternya bilang harus diulang lagi. Lemeeeeeees banget dengernya sambil ngasih tatapan super pasrah sama suami :”). Tapi alhamdulillah setelah digoyang(?) dikit si jarum mau kembali ke posisi semula dan cairan infus pun masuk. Alhamdulillah. Nah, untuk tabung pertama ini aliran cairan infusnya cukup deras sampe kerasa banget ada sesuatu yang mengalir di tubuh saya dengan cepat. Aiiih rasanya lucuk banget, dingin-dingin bikin merinding XD. Dan di bagian yang ada jarumnya subhanallah linu luar biasa, cenat cenut banget rasanya. Udah gitu orang pada nakut-nakutin katanya setelah selesai diopname, tangannya suka jadi bengkak di bagian bekas jarumnya. Tambahlah saya parno. Alhamdulillah sampai sekarang ternyata ngga terbukti dan tangan saya alhamdulillah ngga bengkak, hanya sedikit linu. Ada satu tips yang saya inget dari mamah setelah saya pulang, kata mamah mau kita tegang atau lemes pasrah pada akhirnya dimasukkan jarum itu memang sakit, jadi mendingan pasrah aja, biar ga nyusahin si jarum buat masuk hahaha.

Kalo diinfus rasanya campur-campur didominasi rasa sakit dan linu, beda halnya dengan dipasang selang oksigen. Ternyata enak ya napas pake begituan hihihi. Maksudnya ya rasa napasnya lebih plong gitu. Mungkin itu karena kandungan oksigen yang masuk lebih banyak, jadi rasanya enak kedalam badan. Dan yang paling penting adalah proses ini sama sekali tidak menyakitkan :p.

Secara keseluruhan ternyata diopname itu ngebosenin bangeeeeet dan sepi dan susah mainin hp XD. Udah gitu tangan dan badan pegel juga karna terus-terusan tidur dan saya diminta untuk miring ke kiri (berhubungan dengan kondisi janin, maka hal ini dilakukan). Miring ke kiri itu artinya saya menghadap tembok, dan orang-orang adanya di belakang saya. Jadi kalo ngobrol malah lucu karna ga saling berhadapan hahaha.

Karena sebelah tangan terhubung ke infusan, jadi pergerakan sayapun terbatas. Bahkan untuk sekedar makan jadinya susah. Selama dirawat saya full disuapin sama suami dan pake acara protes karna dia ga bisa-eun nyuapinnya jadi makanannya tumpah-tumpah *ga tau diri banget yah hha*. Saya kasih tau dia gimana cara nyuapin biar enak hihihi. Akhirnya dia bisa nyuapin ga tumpah-tumpah *tepuk tangan buat pak suami :D*. Lumayan kan jadi nanti bisa minta tolong buat nyuapin anak hihihi.

Mudah-mudahan di masa mendatang ga ada lagi ya adegan diinfus ini :”)

 

jika kamu harus memilih, manakah yang akan kamu pilih, menikahi orang yang kamu cintai tapi dia tidak mencintai kamu atau menikahi orang yang mencintai kamu tapi kamu tidak mencintainya?

Memilih hati yang mencintai Allah aja deh.

Bisa aja kita yang cinta tapi dia tidak, boleh juga dia yang cinta tapi kita tidak, atau bahkan bisa jadi keduanya dalam kondisi tidak saling mencintai, saat ini. Tapi bukankah Allah pemilik dan pengatur kecenderungan hati? “Sesungguhnya hati semua manusia itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah Subhanahhu wa Ta’ala akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya”.

Lalu keduanya berdoa kepada Rabb nya “Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu! ” (HR. Muslim). Dan “Ya Rabb berikanlah kepada kami cintaMu, cintanya orang-orang yang mencintaiMu, CINTA YANG MENDEKATKAN CINTAKU PADA CINTA MU dan jadikanlah cintaku padamu lebih aku cintai dari setetes air yang sejuk”.

Lalu Dia secara menakjubkan mengatur takdir kita sedemikian rupa, boleh jadi diantara mereka yg saling cinta, dia yg bertepuk sebelah tangan atau mereka yang sama sekali tidak mengetahui saling kenal sebelumnya dan tidak saling cinta. Dia menakdirkan takdir mereka bersinggungan, menghimpun mereka dalam kebaikan “Mitsaqan Ghalizha”, membolak balikkan hati mereka, menumbuhkan cinta dalam hatinya dan meridhai keduanya.

Pilih yang mencintai Allah aja. Pun seseorang yg kita cinta, dia cinta kita atau saling cinta juga sekaligus mencintai Allah, rasanya lebih oke ya hehehe.

 

Ini saya “contek” dari ask.fm punya suami. Umur pertanyaan dan jawaban ini sudah hampir setahun, dan tentu saja sebelum kami menikah hehehe. Saya menemukan pandangan baru ketika membaca ini untuk pertama kalinya *ketauan kan dulu kepo hahaha*. Selama ini saya selalu berpikir ‘egois’, bagi saya tidak mengapa bila saya harus menikahi orang yang tidak saya cintai asalkan dia mencintai saya #eaaaa *tutup muka*. Tapi semua berubah ketika dia datang *uhuk*. Dia datang tidak menawarkan cinta, tapi sebuah komitmen *halah*. Apakah dia dulu mencintai atau minimal suka sama saya ketika menawarkan diri untuk menikah? Jawabannya tidak. Hahaha. Semacam ‘runtuh’ fantasi saya tentang sebuah pernikahan :p . Tapi ternyata tidak masalah ketika bukan cinta yang dibawa. Terbukti ketika ada “masalah” datang saat sebelum kami menikah, dia masih bertahan menawarkan komitmen yang sama. Kadang saya berpikir, jika itu adalah orang lain, maka bisa dipastikan orang tersebut akan mundur *sok tau*. Tapi dia tetap maju dan mengingatkan kembali tentang komitmen itu.

Mungkin jawaban dia atas pertanyaan itu pula yang membuat saya “tenang” ketika meng-iya-kan tawarannya dan memutuskan untuk melanjutkan semua proses itu sampai akhirnya kami menikah. Pilihlah hati yang mencintai Allah. Barangkali memang itu jawabannya. Eh tapi bukan berarti saya udah ya, saya masih proses ke situ. Huks. Jadi ga perlu khawatir, karena toh dalam quran surat ar-rum pun disebutkan bahwa yang pertama muncul adalah kecenderungan, rasa tentram, baru dijadikan-Nya rasa kasih sayang. Tenang aja kalo rasa kasih sayang itu belum muncul, seenggaknya ada lah kecenderungan sedikit hehehe.

Setelah menikah, saya pernah mengajukan pertanyaan itu langsung sama suami dan dijawab “ngga penting” hahahaha. Tadinya saya kira dia bakal jawab kayak di ask.fm ini :p

Ya Rabb berikanlah kepada kami cintaMu, cintanya orang-orang yang mencintaiMu, CINTA YANG MENDEKATKAN CINTAKU PADA CINTA MU dan jadikanlah cintaku padamu lebih aku cintai dari setetes air yang sejuk. (Do’a Nabi Daud)

Hampir setiap kali saya bertemu teman, yang ditanya adalah “Cincinnya mana?” “Kok ga pake cincin?”. Pertanyaan yang sering ditanyakan setelah saya menikah. Mungkin orang-orang penasaran kali ya kenapa udah nikah kok ga pake cincin hihihi. Biasanya saya jawab “Di rumah”. Mereka bukan nanya mana cincin nikah kan ya hahaha. Saya memang punya cincin, tapi itu bukan cincin nikah dan memang ada di rumah, tidak saya pakai. Keluarga saya, dalam hal ini orangtua dan adik-adik, tahu bahwa saya tidak memiliki cincin nikah dan mereka tidak pernah mempermasalahkan ini sama sekali. Maksudnya, bagi mereka ini adalah hal yang biasa. Toh dalam syarat sahnya suatu akad pernikahan tidak tercantum bahwa harus punya cincin nikah :p. Seandainya saja itu wajib, maka niscaya saya akan mengusahakannya ;).

Entah sejak kapan cincin ini menjadi salah satu hal yang “wajib” di kalangan masyarakat kita dalam sebuah pernikahan. Mungkin rasanya kurang pas jika suatu pernikahan tanpa cincin nikah(?). Dan jika ditanya mana cincin nikah, maka saya menjawab “Tidak ada”. Dan kebanyakan orang menatap saya dengan aneh XD. Mungkin dalam hati mereka bertanya “Kok bisa sih?” :p. Seperti kata saya sebelumnya, bisa aja toh karena dia ga wajib. Selain itu, saya memang tidak ditawari cincin ini oleh suami saya (dulu masih calon), saya juga tidak minta dibelikan, dan saya terlalu malas untuk beli sendiri, sayang uangnya hahaha. Toh saya juga bukan tipe yang suka menggunakan perhiasan :).

Saya pernah ditanya oleh salah seorang teman saya yang akan menikah tentang cincin ini dan ketika saya bilang bahwa saya ga punya dan memang ga wajib juga, dia kaget. Ternyata dia baru tahu loh bahwa cincin nikah ini ga wajib. Jadi selama ini dia mengira bahwa cincin nikah ini adalah bagian dari syarat wajibnya sebuah pernikahan. Nah, gara-gara ini saya jadi mikir jangan-jangan memang kebanyakan orang tidak tahu bahwa ini ga wajib. Makannya bakal heran sama yang ga punya cincin. Oh iya, selain itu dalam islam laki-laki kan memang tidak diperbolehkan memakai emas. Jadi meskipun nanti misalnya mau menggunakan cincin nikah, jika cincinnya terbuat dari emas maka usahakan hanya pengantin perempuannya saja yang memakainya :).

Selain masalah cincin, yang dianggap aneh juga adalah tidak adanya seserahan saat saya dan suami menikah. Jadi biasanya saat menikah, pihak laki-laki akan membawa barang-barang seperti baju, mukena, sejadah, kerudung, sepatu, sandal, selimut, alat mandi, make up, dll yang dimasukkan ke dalam kotak cantik yang dihias  (mahal loh kotaknya ngomong-ngomong hehehe). Macam-macam isinya tergantung kesepakatan. Ada yang pihak laki-laki memberikan sejumlah uang tertentu lalu pihak perempuan yang belanja dan nanti barang-barang ini deiberikan ke pihak laki-laki untuk dihias dan dibawa saat hari pernikahan atau H-1 pernikahan. Tapi ada juga yang pihak laki-lakinya sendiri yang membeli barang-barang ini. Ini juga sama, ga wajib dan bersifat sukarela *halah*. Saya menyadari betul kemampuan kami berdua saat sebelum menikah, ga punya uang buat hal-hal yang gini :p. Kalaupun ada uang berlebih, mendingan maharnya aja yang digedein *maunya gue hahaha*. Alhamdulillah banget punya keluarga yang pengertian, tahu kalo ini ga wajib, jadinya santai kaya di pantai deh ketika ga ada seserahan gini. Jangan salah loh, seserahan ini bisa jadi bahan omongan sekeluarga XD.

Dulu sebelum saya menikah seorang teman saya bilang meskipun seserahan ini ga wajib, tapi sebaiknya ada. Katanya sih ini merupakan salah satu awal dari cara seorang laki-laki bertanggung jawab, menafkahi si perempuan. Tapi alhamdulillah meski ga ada seserahan ini, suami saya merupakan seseorang yang bertanggung jawab dan menafkahi saya dengan baik ;).

Tiap orang memiliki pertimbangannya masing-masing. Saya sama sekali tidak menyalahkan mereka yang melakukan atau tidak melakukan hal-hal di atas. Toh pada dasarnya tidak ada korelasinya dengan pernikahan nantinya. Tapi ya jangan mempersulit diri sendiri jika sekiranya tidak mampu untuk melakukan itu. Toh menikah itu sederhana dan mudah, yang susah mah setelahnya hahahaha :p. Syarat-syaratnyapun mudah, jadi jangan mempersulit diri dengan hal-hal yang tidak wajib ya :). Semoga yang belum menikah dimudahkan ya^^.

Setelah saya test menggunakan test pack pada 2 Oktober lalu, akhirnya saya dan suami pergi mengunjungi dokter spesialis kebidanan atau lebih dikenal dengan Sp.Og pada 11 Oktober. Hampir 10 hari setelah tes kami baru pergi ke dokter. Hal ini dikarenakan suami saya pergi keluar kota sejak saya melakukan tes sendiri di rumah. Bahkan ketika tes, suami saya sudah pergi sehingga saya hanya mengabari lewat whatsapp. Sebetulnya bisa sih saya pergi ke dokter sendiri, tapi saya maunya ditemani suami hehehe.

Dalam rentang waktu tersebut, saya merasakan titik terlemah saya. Mual sepanjang waktu, bahkan ga sanggup bangun pagi-pagi. Tiap kali bangun, saya merasa isi lambung saya langsung naik. Dan akhirnya saya menghabiskan sebagian besar waktu saya di atas tempat tidur. Dan selama hampir sepekan saya baru bisa “bangun” sekitar waktu dzuhur. Payah banget ya? Hhe. Selama itu juga saya kerjaannya kangen mulu sama suami, mau manja orangnya lagi ga ada XD. Alhamdulillah saya masih bisa makan meskipun sedikit dan entah kenapa saya bisanya makan yang manis-manis. Saya ini penyuka makanan gurih pedas, tapi justru sekarang itu makanan yang saya hindari karena rata-rata baunya tajam. Saya bisa langsung muntah mencium bau-bau yang “tajam”. Bahkan bau nasi aja bisa bikin saya muntah hehehe.

Sebelumnya survey dulu kira-kira dokter mana yang akan saya kunjungi. Alhamdulillah ya ada grup ITBMotherhood, grup paling kece menurut saya hahaha. hampir segala informasi ada di sini. Saya ubek-ubek grup dengan kata kunci kehamilan, dokter kandungan. Akhirnya nemu beberapa postingan. Dan hampir di setiap postingan itu kebanyakan menyarankan Dr. Ana di RS Hermina. Konon dokternya sangat pengertian, beliau muslimah, dan juga baik hati. Tapiiiiii ternyata antrian pasiennya subhanallah banyak banget. pada bilang kalo antriannya ga masuk akal hha. Saya males dong begitu tau antrinya kaya gitu. Padahal RSIA Hermina lumayan deket dari rumah. Akhirnya saya cari-cari lagi dan bermunculanlah nama-nama dokter lain. Dan menurut teteh-teteh di grup, dokter itu sebetulnya cocok-cocokan, jadi ga semua orang cocok dengan dokter tipe tertentu, beda-beda tiap orang. Setelah baca review akhirnya saya memutuskan untuk ke Dr. Widyastuti. Beliau praktek di Kimia Farma merdeka, RSIA Hermina, dan RS Melinda. Karena saya bisanya saat weekend, tadinya saya berniat ke Kimia Farma sebab beliau praktek di Kimia Farma hari sabtu. Tapi, menurut yang saya baca di Kimia Farma itu ngantrinya ga masuk akal, terlalu banyak. Dan ternyata beliau praktek hari Minggu di Rumah Sakit Melinda I, jadwal prakteknya pukul 14.00 berangkatlah saya ke sana bersama suami. Menurut teman saya yang bekerja di Melinda, antrian sudah dibuka sejak pukul 13.00. Maka saya dan suami pergi sekitar itu dan saya mendapat nomor antrian 4. Alhamdulillah. Ternyata eh ternyata dokternya ada tindakan dulu, jadi praktek baru dimulai jam 4 sore. Saya udah laper pake banget, lupa ga bawa bekel sama sekali Cuma bawa air minum. Akhirnya kami pergi dulu ke IP(mall) untuk ganjel perut sekalian sholat ashar. Di Melinda ga ada yang jualan makanan sama sekali, sedih deh hahaha.

Sebelum jam 4 kami sudah berada di rumah sakit lagi, tapi ternyata dokter tak kunjung datang. Setelah hampir jam setengah lima, akhirnya dateng juga. Alhamdulillah. Tanpa perlu menunggu terlalu lama akhirnya giliran saya dipanggil masuk. Yeay. Suami saya nanya dia perlu masuk atau ngga, terus saya bilang kayaknya ngga. Jadilah dia nunggu di luar. Tapi akhirnya dia disuruh masuk sama dokternya karena dia pasti mau liat kayak apa sih calon anak kami ini *uhuk*. Jujur, sebetulnya saya ga suka dan ga mau di-usg hahaha. Saya selalu berpikir bahwa usg itu memancarkan radiasi yang saya ga tau apa efeknya buat saya dan janin, tapi terbayang yang horror-horor oleh saya. Jadi sebisa mungkin nanti saya tidak mau terlalu sering di-usg. I won’t let that happen. Cukup di awal, di tengan, dan saat mau lahiran. Ini aja rasanya udah kebanyakan hahaha. dan ketika di-usg, sejatinya saya ga bisa liat apa-apa, orang masih cimi-cimi banget bentuknya XD. Saya berusaha meraba-raba mana yang ditunjuk oleh dokternya. Yang terlihat oleh saya adalah sebuah kantung sangat kecil yang letaknya masih geser-geser sambil berpikir kayaknya saya kalo ditipu sama dokternya juga bakal percaya aja, soalnya susah bok liatnya hahaha. Dan ternyata janinnya sudah memiliki detak jantung loh, maasyaa Allah. Dokternya bilang kalo udah ada detak jantung itu artinya umur janin di atas 6 minggu :). Luar biasa ya. Tadinya saya kira saya bakal nangis kaya di film-film ketika pertama kali melihat “isi perut”, tapi nyatanya saya cuma senyum-senyum aja sama suami hahaha. Tapi kami bahagia kok, alhamdulillah. Maafkan kelempengan kami dalam berekspresi ya XD.

Untuk biaya periksanya sendiri, saya menghabiskan Rp. 335.000 dengan rincian sebagai berikut :

  • Admin : Rp 25.000
  • Jasa dokter : Rp 200.000
  • USG Obsteric : Rp 100.000
  • Buku : Rp 10.000

Saya ngga tau sih ini termasuk mahal atau ngga, tapi kayaknya lumayan ya hahaha. Sepertinya pemeriksaan selanjutnya saya mau coba di Kimia Farma, kayaknya lebih murah hehehe. Dan kalaupun ngantri kan bisa melipir dulu ke BIP atau gramedia XD.

Do’akan kami ya :). Do’akan juga semoga mual ini segera berlalu x)

Bandung, 12 Oktober 2015

Dear beloved Prophet,

Today at school the teacher asked us to draw you.

I like to draw, but I never saw you.

So, I closed my eyes,

and I saw a tear of my mother while reading your story,

I saw my father praying all night,

I saw my elder sister smiling eventhough she just got insulted in the street,

I saw my best friend asking me for forgiveness even though I was to blame.

I want to draw all these images.

Here, people want to see everything, to watch everything.

But I closed my eyes,

And I saw you coming towards us with the most perfect smile.

How could I ever draw a perfect smile?

The teacher did not let me speak ehen I wanted to explain to her.

I can’t blame her.

She probably never learnt to love someone she doesn’t see.

But me, I love you without seeing you.

I’m not good at drawing but I like to write.

I like to write to you, Yaa Rasulullah.

If you could only come back amongst us for a few hours, a few seconds, a few moments,

she could understand eventually.

Yaa bunayya, laa tusyrik billaah

Innasy syirka lazhulmun ‘azhiim.

Salah satu hal yang suami saya rajin lakukan adalah buka-buka hp saya. Dan suatu malam dia buka path, ketika dia lagi nge-scroll tiba-tiba dia ngeliat kea rah saya sambil bilang “Jangan sekali-kali kamu post foto ya. Foto kamu maksudnya, apalagi perempuan lain.” Dan saya Cuma nyengir waktu dia bilang gitu. Eh setelah itu dia bilang “Aku serius blab la bla.” Sebelum dia menjelaskan lebih lanjut saya meng-iya-kan. Iya, saya sebetulnya tau ‘bahaya’nya ngepost foto di social media, tapi suka tergoda dan merasa aman kalo ngepost di path ><. Saya pernah ‘dimarahin’ tentang ini sama dia sebelum kami menikah. Disindir sih lebih tepatnya hehehe. Dia bicara panjang lebar lalu diakhiri dengan kalimat “Aku bukan/belum jadi siapa-siapa kamu, jadi sebetulnya kamu punya hak untuk melakukan apapun.” Kalo sekarang saya ngelakuinnya udah dimarahin beneran kali ya hahaha. *ampun pak suami, istri ga akan post foto kok ;)*

Selama ini saya memang ga pernah upload foto-foto saya di fb, tapiiiii duh kok ya kalo di path itu saya suka ngerasa “Ah biarin aja, aku kan kenal semua sama yang ada di path dan kami semua saling mengetahui di dunia nyata. Jadi ga akan apa-apa pasti.” Saya suka ngerasa aman :(. Ini juga pernah jadi perdebatan kami sebelum menikah hahaha. Tapi sekarang kayanya saya udah ngga segatel itu lagi kok buat ngepost foto di path. Lagian saya juga jaraaaaang banget kok ngepost foto saya di path.

Saya ngerasa bersyukur banget punya suami kaya dia ini. Ngingetin dan jagain istrinya bener tentang yang beginian. Saya jadi keingetan pernah ngobrol sama ami terus ngomongin ini. Tentang beberapa perempuan yang sebelum menikah ga pernah post foto eh setelah menikah jadi di mana-mana fotonya, dan yang ngepos itu biasanya suaminya. Kalo kata ami harusnya itu istri-istrinya tambah disembunyikan, nikmati sama diri sendiri aja :). Apalagi kalo istrinya cantik, bahaya sebetulnya karena bisa bikin laki-laki lain berfantasi. Tapi kata suami saya sih mau cantik atau ngga tetep aja jangan.

Sebetulnya ini buat mengingatkan diri sendiri lagi dan mengingatkan orang-orang sekitar untuk hati-hati kalo ngepost foto. 🙂

Bismillaahirrahmaanirrahiim

It’s been so long ga nulis di blog hihihi. Tapi pas liat blog ada postingan tanggal 23. Well itu sebetulnya udah lama cuma saya set biar kepos di tanggal 23 kemarin dan baru sadar hehehehe. Alhamdulillah tanggal 23 Agustus 2015 saya sudah resmi menikah *yeay* :D. dan kehidupan barupun dimulai :). Saya mau bercerita sedikit tentang “kisah” saya, tentang bagaimana saya jatuh cinta *halah*.

Sehari setelah saya menikah seorang sahabat saya bertanya, “Udah jatuh cinta belum sekarang?”. Yak, dia tanya apakah saya sudah jatuh cinta sama suami saya itu apa belum. Sebelum menikah, saya tidak mengalami fase “deg-degan”, nervous, kupu-kupu dalam perut, atau apapun itu namanya. Saya selalu dalam kondisi biasa terhadap calon suami saya itu (sekarang sudah suami :p). Ketika menjelang hari pernikahan hal yang paling banyak ditanyakan orang “Deg-degan ngga Ry?” dan saya selalu jawab “Alhamdulillah sejak dalam kandungan udah deg-degan” atau “Kalo ngga deg-degan mah ya ga idup atuh” atau kadang juga dengan jawaban normal, “Ngga deg-degan”. Iya, saya berasa santai dan ya udah gitu. Daan banyak banget yang “memandang” aneh, semacam “Kok bisa sih?”. Tapi ya memang bisa dan itu terjadi sama saya, gimana dong.

Dulu sebelum saya menikah, salah satu hal yang saya takutkan adalah gimana kalo saya ga cinta/suka sama pasangan saya setelah menikah hahaha. Meskipun saya ini santai-santai, tapi kadang muncul kekhawatiran ini XD. Dan saya cerita sama beberapa orang terdekat saya tentang ini. Kalo oknum A bilang “Ry, perempuan itu akan jatuh cinta sama suaminya setelah mereka menikah.”. Kalo oknum I bilang “Perempuan itu bakal suka sama ornag yang ngasih perhatian terus-menerus sama mereka.”. Bahkan di hari ketika saya dikhitbah, saya dalam kondisi “tenang” ga ada deg-degannya sama sekali dong, malah ngantuk karena itu jam bobo siang saya wakakakkkkkkkk. Kalo suami sih deg-degan banget, keliatan bok dari mukanya *ketauan kan curi-curi pandang dikit, astaghfirullah ckckckck*. Ketika acara selesai terus (calon) suami saya tanya, “Kamu deg-degan ngga?” ya saya jawab aja ngga, karena emang ngga. Dan sahabat-sahabat saya ketika tau tentang ini pada bilang katanya saya tega hha. Tapi ya mau gimana lagi coba, emang kenyataannya kaya gitu. Bahkan ketika pagi hari sebelum nikah saya masih biasa aja, santai, dan malah cengengesan ==”. Barulah ketika akad selesai dan saya dipanggil diminta untuk masuk ke dalam gedung, tiba-tiba rasanya ada yang berubah, saya gemetar. Dan akhirnya saya nervous juga ada di dekat beliau. Dan akhirnya dada saya terasa “penuh” juga. Dan akhirnya saya barangkali jatuh cinta :”) *geli banget nulisnya XD*. Bisa ya ternyata tiba-tiba saya “penuh” dan muncul rasa sayang luar biasa sama laki-laki asing ini hha. Dulu kan semacam ih boro-boro, santai we gitu kalo ada dia.

Yang melegakan dari perasaan ini adalah saya tidak perlu khawatir merasa “bersalah” atau “berdosa” ketika memiliki perasaan ini. Ya sama suami sendiri gitu, jadi santai we. Rasanya jadi lebih ringan, Alhamdulillah. Setelah 10 hari menikah ini saya masih deg-degan kok kalo liat dia, kalo ada dia, dan rasanya seringkali kupu-kupu itu memenuhi perut saya! *lebay amat dah Ry :p*. Setelah menikah ini suami saya blang “Tuh kan kata aku juga, masalah membolak-balikan hati mah mudah buat Allah, jadi jangan khawatir.” Hahahaha. Dia ngomong kaya gitu karena dia tau saya ini belum suka dan belum jatuh cinta sama dia waktu sebelum nikah. Dan dia selalu bilang gapapa, karena kita membangun dari sebuah komitmen, bukan perasaan *uhuk*.

Saya ingin menyampaikan bahwa tidak masalah ketika kalian belum merasa suka, cinta atau apapun itu sebelum menikah. Karena toh ternyata mudah untuk menumbuhkan perasaan demikian (by the will of Allah of course). Jadi tidak perlu khawatir jika seandainya kalian belum merasakan perasaan itu terhadap calon kalian. Insyaa Allah nanti juga tumbuh kok ;). Tapi bukan berarti asal pilih ya :p.

You might have that one person who epitomizes ‘true love’ for you. And when that happens, you lose, because the feeling that he gave you forever becomes your definition of true love. Even when he’s long gone, he becomes your standard, and his presence will reign over your love life, probably forever.

And let it be your husband 😉

Kau tahu? Kadang tepukan
halus mampu membuat seseorang terjatuh ke dalam jurang.

Barangkali kau tak melihatnya, bahwa ia sedang berdiri di tepi jurang.

Mungkin tadinya kau bermaksud menyadarkan ia dari lamunannya. Hanya saja ia benar-benar kaget lalu tergelincir jatuh ke dalam jurang.

Kalau sudah begitu, apakah kamu mau menolong dan menariknya kembali ke atas?

Mungkin di lain waktu kau perlu melihat kondisi seseorang sebelum menepuknya, sebab kita tak tahu. Bisa saja ia sedang berdiri di tepi jurang dan kita tak mampu menolongnya untuk kembali ke atas.