Archives for posts with tag: cinta

jika kamu harus memilih, manakah yang akan kamu pilih, menikahi orang yang kamu cintai tapi dia tidak mencintai kamu atau menikahi orang yang mencintai kamu tapi kamu tidak mencintainya?

Memilih hati yang mencintai Allah aja deh.

Bisa aja kita yang cinta tapi dia tidak, boleh juga dia yang cinta tapi kita tidak, atau bahkan bisa jadi keduanya dalam kondisi tidak saling mencintai, saat ini. Tapi bukankah Allah pemilik dan pengatur kecenderungan hati? “Sesungguhnya hati semua manusia itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah Subhanahhu wa Ta’ala akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya”.

Lalu keduanya berdoa kepada Rabb nya “Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu! ” (HR. Muslim). Dan “Ya Rabb berikanlah kepada kami cintaMu, cintanya orang-orang yang mencintaiMu, CINTA YANG MENDEKATKAN CINTAKU PADA CINTA MU dan jadikanlah cintaku padamu lebih aku cintai dari setetes air yang sejuk”.

Lalu Dia secara menakjubkan mengatur takdir kita sedemikian rupa, boleh jadi diantara mereka yg saling cinta, dia yg bertepuk sebelah tangan atau mereka yang sama sekali tidak mengetahui saling kenal sebelumnya dan tidak saling cinta. Dia menakdirkan takdir mereka bersinggungan, menghimpun mereka dalam kebaikan “Mitsaqan Ghalizha”, membolak balikkan hati mereka, menumbuhkan cinta dalam hatinya dan meridhai keduanya.

Pilih yang mencintai Allah aja. Pun seseorang yg kita cinta, dia cinta kita atau saling cinta juga sekaligus mencintai Allah, rasanya lebih oke ya hehehe.

 

Ini saya “contek” dari ask.fm punya suami. Umur pertanyaan dan jawaban ini sudah hampir setahun, dan tentu saja sebelum kami menikah hehehe. Saya menemukan pandangan baru ketika membaca ini untuk pertama kalinya *ketauan kan dulu kepo hahaha*. Selama ini saya selalu berpikir ‘egois’, bagi saya tidak mengapa bila saya harus menikahi orang yang tidak saya cintai asalkan dia mencintai saya #eaaaa *tutup muka*. Tapi semua berubah ketika dia datang *uhuk*. Dia datang tidak menawarkan cinta, tapi sebuah komitmen *halah*. Apakah dia dulu mencintai atau minimal suka sama saya ketika menawarkan diri untuk menikah? Jawabannya tidak. Hahaha. Semacam ‘runtuh’ fantasi saya tentang sebuah pernikahan :p . Tapi ternyata tidak masalah ketika bukan cinta yang dibawa. Terbukti ketika ada “masalah” datang saat sebelum kami menikah, dia masih bertahan menawarkan komitmen yang sama. Kadang saya berpikir, jika itu adalah orang lain, maka bisa dipastikan orang tersebut akan mundur *sok tau*. Tapi dia tetap maju dan mengingatkan kembali tentang komitmen itu.

Mungkin jawaban dia atas pertanyaan itu pula yang membuat saya “tenang” ketika meng-iya-kan tawarannya dan memutuskan untuk melanjutkan semua proses itu sampai akhirnya kami menikah. Pilihlah hati yang mencintai Allah. Barangkali memang itu jawabannya. Eh tapi bukan berarti saya udah ya, saya masih proses ke situ. Huks. Jadi ga perlu khawatir, karena toh dalam quran surat ar-rum pun disebutkan bahwa yang pertama muncul adalah kecenderungan, rasa tentram, baru dijadikan-Nya rasa kasih sayang. Tenang aja kalo rasa kasih sayang itu belum muncul, seenggaknya ada lah kecenderungan sedikit hehehe.

Setelah menikah, saya pernah mengajukan pertanyaan itu langsung sama suami dan dijawab “ngga penting” hahahaha. Tadinya saya kira dia bakal jawab kayak di ask.fm ini :p

Ya Rabb berikanlah kepada kami cintaMu, cintanya orang-orang yang mencintaiMu, CINTA YANG MENDEKATKAN CINTAKU PADA CINTA MU dan jadikanlah cintaku padamu lebih aku cintai dari setetes air yang sejuk. (Do’a Nabi Daud)

Aku pernah iseng bertanya, apakah dia benar-benar mencintai laki-laki itu, laki-laki yang baru dikenalnya dan hendak menggenapinya itu?

Dan dengan jujur dan polos dia menjawab:

“Belum, bagaimana bisa mencintai jika belum kenal lama, jika belum dekat. Aku tahu kalau rasa cinta tidak bisa dipaksa. Tapi hati bisa dikondisikan. Aku hanya akan berusaha untuk menajadi pasangan yang baik baginya, berusaha untuk menjalankan hak dan kewajibanku sebaik mungkin, dan dia juga sudah berjanji akan melakukan hal yang sama. Bagi sepasang manusia yang saling menggenapi, mencintai adalah salah satu kewajiban. Tuhan sudah menjodohkan aku dan dia, aku punya kewajiban untuk mencintainya.”

“…”

“Jadi tak perlu ditanyakan lagi cinta atau tidak. Setelah semuanya sah, cinta akan langsung menjelma menjadi tanggungjawab, menjadi hak dan kewajiban dalam keseharian. Toh, ada sepasang manusia yang dijanjikan berjodoh bukan hanya di dunia, tapi sampai di syurga kelak; sepasang manusia yang saling mencintai karena-Nya. Dan aku berharap bisa termasuk ke dalamnya.”

Genap, Nazrul Anwar

Dalam sebuah majelis, Syekh Nashiruddin Al-Albani rahimahullah, pernah ditanya: “Syekh, apakah seseorang yang mencintai karena Allah, wajib mengatakan kepada orang yang dicintainya: “Aku mencintaimu karena Allah?”

Syekh Albani menjawab: “Iya. Akan tetapi cinta karena Allah memiliki harga yang sangat tinggi, sedikit sekali yang mampu membayarnya. Apakah kalian mengetahui berapa harga cinta karena Allah? Siapa yang mengetahui, silakan menjawab.”

Mulailah para hadirin memberikan jawaban.

Seseorang menjawab: “Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda: “7 golongan yang Allah menaunginya dengan naungan-Nya pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, salah satunya dua orang yang saling mencintai karena Allah, bersatu karena Allah dan berpisah karena-Nya.”

Syekh berkata : “Ini adalah perkataan yang benar pada tempatnya, tapi bukan jawaban dari pertanyaanku. Ini adalah sebagian pengertian cinta karena Allah. Adapun pertanyaanku, apakah harga yang harus dibayar oleh dua orang yang saling mencintai karena Allah, yang satu kepada yang lain? Bukan apakah balasan akhiratnya? Maksudku, aku ingin menanyakan: Apakah bukti perbuatan bila seseorang mencintai karena Allah? Karena kadang-kadang, dua orang saling mencintai, tetapi cintanya hanya tampak di luar, tidak benar-benar hakiki. Maka, apakah bukti cinta yang hakiki?”

Seseorang yang hadir menjawab lagi: “Seseorang mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya.”
Syekh Albani berkata: “Ini adalah sifat cinta atau salah satu sifat cinta.”

Seseorang menjawab lagi: “Firman Allah Ta’ala:

“(Artinya) Katakanlah: apabila kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, maka Allah akan mencintai kalian.” (QS. Ali Imran: 31)

Syekh menjawab: “Ini adalah jawaban yang benar untuk pertanyaan yang lain.”

Hadirin yang lain mencoba menjawab: “Tiga hal, yang apabila terdapat pada diri seseorang ia akan merasakan kelezatan iman, salah satunya orang yang mencintai karena Allah.”

Syeikh menjawab: “Itu adalah buah dari cinta karena Allah, yaitu kelezatan iman dalam hati seseorang.”

Seseorang menimpali lagi: “Firman Allah Taala:

“(Artinya) Demi Masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholih, dan saling berwasiat dalam kebenaran dan saling berwasiat dalam kesabaran.” (QS. Al-Ashr: 1-3)

Kali ini syekh menjawab: “Ahsanta. Benar, inilah jawabannya.”

Saudaraku, mari kita renungkan perkara yang agung ini. Harga sebuah cinta karena Allah. Siapa di antara kita yang tidak mencintai orang lain? Tentu tidak ada. Setidaknya, kita pasti mencintai pasangan kita, atau anak-anak kita, atau orang tua kita, atau saudara kita. Maka apakah bukti cinta kita pada mereka?

Ternyata buktinya adalah kita menasehatinya kepada kebenaran. Terkadang mudah bagi kita memberikan segala sesuatu yang kita cintai baik berupa harta, waktu, maupun perhatian untuk orang yang kita cintai. Akan tetapi, ketika kita melihatnya melakukan kesalahan, kita diam saja, dengan alasan segan, karena dia memiliki ilmu yang lebih dari kita, atau karena takut ia menjadi marah, takut ia memutuskan hubungan, atau takut ia menjauh, dan sebagainya. Kita merasa takut kehilangannya dengan membiarkannya terjatuh pada kesalahan. Ah, ternyata bukanlah itu bukti cinta yang hakiki.

Mari kita perhatikan perkataan Syeikh selanjutnya..

Maka, apabila benar aku mencintaimu karena Allah, selayaknya aku memberimu nasihat, demikian juga engkau menerima nasehatku dan memberiku nasehat. Cinta karena Allah memiliki harga yang sangat mahal. Cinta karena Allah adalah bagian dari keikhlasan, yaitu mengikhlaskan segalanya untuk kebaikan orang yang kita cintai, dengan memberikan nasehat. Dengan senantiasa menyuruh kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran.. selalu dan selamanya.

Pagi ini dicurhatin oleh salah satu temen deket saya. Pagi-pagi dia kesel karena ada yang “confess” bilang suka sama dia, tapiiiiii si lelakinya merasa “minder”. Lelaki ini bilang kalo temen perempuan saya ini terlalu keren buat dia. Dia merasa ga pantes, dan alasan panjang lainnya, lalu si lelaki ini mundur(?). Ah ga pantes dibilang mundur juga, soalnya belum maju udah kabur. Padahal ya temen saya ini juga belum ngomong apa-apa. Temen saya jadinya sebel soalnya kalo emang ga ada niatan untuk lanjut ke arah yang lebih serius(?) buat apa dibilang-bilang sih. Ngotor-ngotorin hati doang, jadi sebel misalnya, padahal kan asalnya biasa aja.

Saya nemu makhluk jenis gini bukan cuma sekali. Ada beberapa laki-laki (kok ini kesannya saya kaya pernah didatengin makhluk gini beberapa kali ya, padahal ngga. Hahaha) yang setelah mengungkapkan perasaannya terus mundur dengan alasan mereka merasa ga pantes. Saya jadi bingung, lah perempuannya belum ngomong apa-apa, belum jawab apa-apa, kenapa udah pada mundur duluan sih. Kalo emang ga niat mah kaga perlu dah bilang-bilang. Saya kasih tau ya. Perempuan itu lemah sama hal-hal yang kaya gini. Meskipun misalnya dia ga suka sama laki-laki tersebut, tapi ketika laki-lakinya mengungkapkan eh terus mundur tetep aja sebel. *biarin dibilang licik juga :p*

Tapi sekarang saya jadi penasaran. Sebenernya apa sih tujuan laki-laki macem gini mengungkapkan perasaannya tapi sebenernya dia juga dalam kondisi ga yakin sama dirinya sendiri. Iya, ga yakin sama diri sendiri tapi pake alibi bahwa si perempuannya terlalu keren, terlalu “tinggi”, terlalu baik, dan terlalu yang lainnya. Mau menunjukkan kalo dia rendah hati? Asa ga gini juga gitu caranya. Atau cuma pengen si perempuan tau perasaannya dia? Idih malesin. Yang temen saya ini, setelah laki-laki tersebut “menyatakan” (tauk dah menyatakan apaan), lalu bilang kalo dia ga pantes, eh dia bilang dia mau memperbaiki diri dan bla bla bla. Kalo belum siap mah, ga usah mancing-mancing atuh kaseeeeep. Disimpen dulu aja dalem hati. Memperbaiki diri dalam diam. Doa sungguh-sungguh. Kalo udah siap, baru maju, silahkan. Perempuan juga ga mau lah sama orang yang ga siap dengan dirinya sendiri. Diri sendirinya aja masih belum yakin terus mau meyakinkan anak orang? Rada susah kayaknya.

Saya juga suka sebel banget kalo ada yang bilang dia kurang ini itu, ga sebanding dengan saya atau apa lah. Sebel. Nih ya, itu tuh keliatannya aja, aslinya mungkin jauuuuuh banget dari apa yang mereka sangkakan. Merekanya aja yang ga tau karena Allah yang udah nutup aib-aibnya. Tiap orang itu pasti punya kekurangan, ga perlu minder-minder, apalagi disampein langsung ke orangnya. Bikin ga enak loh. Si temen saya ini bilang, dia sendiri bahkan ga tau keren apanya dia, perasaan ya biasa aja gitu. Hha.

Saya jadi inget cerita lain yang mirip-mirip. Ada yang menyatakan cinta (serius ini si laki-lakinya ngomong cinta. Hahaha. Merinding banget), tapi setelah itu dia minta si perempuan untuk nunggu beberapa taun (yes, bilangan tahun bukan bulan. Wakakakkkk) sampai si lelaki ini mapan. Saya ga tau yah ukuran mapan buat laki-laki ini gimana. Padahal kan ya belum tentu juga si perempuan ini liat laki-laki dari hartanya. Setelah perempuannya bilang ga mau (ogah banget kali ya disuruh nunggu yang ga pasti), entah kenapa ini laki-laki rajin banget laporan tentang pekerjaannya. Ga ada yang nanya juga padahal :p. Tipe-tipe yang gini juga saya ga ngerti kenapa kudu ngomong kalo ga siap.

Ya mudah-mudahan makhluk-makhluk yang gemar mengungkapkan isi hati tapi tujuannya ga jelas segera tobat x). Kasian tau ciwi-ciwi dan diri mereka sendiri. Bikin hubungan jadi ga enak itu pastinya.

Maaf juga kalo saya keliatannya kaya marah-marah. Beneran deh saya ga lagi marah-marah kok, cuma gemes :3. Hihihi. Ayolah mari kita saling jaga hati saudara-saudari juga diri kita sendiri ;).